ZIGI – Presiden Joko Widodo baru-baru ini mengumumkan kata Nusantara sebagai nama ibu kota baru yang bakal dibangun di Kalimantan. Sontak pemilihan nama tersebut memicu perdebatan publik yang menilai Nusantara tidak tepat untuk dijadikan nama ibu kota baru.
Di tengah riuhnya perdebatan tersebut, penulis Jombang Santani Khairen atau yang lebih dikenal dengan nama JS Khairen turut menjadi sorotan. Pasalnya, beberapa buku yang pernah ia tulis sempat menyinggung Nusantara bakal jadi nama ibu kota baru Indonesia.
Lantas, buku apa saja yang ditulis JS Khairen yang di dalamnya menyebut nama ibu kota baru? Yuk, langsung saja simak artikel ini sampai habis.
Rinduku Sederas Hujan Sore Itu (2017)

Melalui akun Instagramnya @js_khairen, penulis 14 novel ini mengungkapkan bahwa ia pernah menyinggung nama Nusantara di dalam buku-bukunya. Dia mengaku hampir setiap hari mendapat mention dari pembaca yang menyebut kalau beragam kejadian di novel yang sudah ditulis sejak lama sekarang menjadi kenyataan.
Buku pertama yang membahas tentang ibu kota baru berjudul Rinduku Sederas Hujan Sore Itu yang terbut tahun 2017. Buku yang berisi kumpulan cerpen ini memuat salah satu bagian berjudul Nusantara Top Secret Project: Rongga Waktu yang ditulis sekitar tahun 2015-2016.
Hal yang Tak Kau Bawa Pergi Saat Meninggalkanku (2021)

Buku kedua JS Khairen yang membahas Nusantara berjudul Hal yang Tak Kau Bawa Pergi Saat Meninggalkanku yang terbit tahun 2021. Masih berbentuk kumpulan cerpen, ia sedikit menyinggung wacana ibu kota baru di salah satu ceritanya yang berjudul Bertemu Sekali Lagi.
Kami (Bukan) Jongos Berdasi (2019)

Selanjutnya ada novel berjudul Kami (Bukan) Jongos Berdasi yang terbit tahun 2019. Buku ini merupakan bagian kedua dari serial novel “Kami (Bukan)” di mana judul lainnya meliputi Kami (Bukan) Sarjana Kertas, Kami (Bukan) Generasi Bacot, dan Kami (Bukan) Fakir Asmara.
Bukan kali ini saja JS Khairen menulis cerita yang menjelma jadi kenyataan. Dalam novel Melangkah (2020), ia membuat cerita tentang krisis listrik di Jawa dan Bali. Uniknya pada tanggal 1 Januari 2022, muncul berita berjudul PLN Defisit Batu Bara, Listrik 10 Juta Pelanggan di Jawa-Bali Terancam.
Nama Nusantara Dikritik

Sebagaimana yang sudah disinggung di awal artikel ini, nama Nusantara yang dipilih Jokowi menuai perdebatan. Melansir dari Katadata.co.id, sejarawan sekaligus Ketua Asosiasi Sejarah Lintas Batas (Sintas) Andi Achdian menilai persoalan terbesar dari penamaan itu ialah pengertian Nusantara yang sudah dipahami masyarakat sebagai wilayah Indonesia yang luas.
"Sayang juga, dengan pemilihan tempat yang baru, tidak ada makna baru yang dibangun dari penamaannya," kata Andi Achdian dikutip Zigi.id dari Katadata.co.id, Selasa, 18 Januari 2022.
Andi mengatakan, penamaan ibu kota baru tersebut berpotensi menggeser makna Nusantara yang selama ini dipahami mencakup wilayah kepulauan Indonesia yang begitu luas. Kata 'Nusantara' berasal dari bahasa Sansekerta di mana Nusa berarti kepulauan, sedangkan antara berarti luar. Bahkan di masa Majapahit, kata Nusantara mencakup wilayah Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, hingga Thailand bagian selatan.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Sri Margana yang mengungkapkan bahwa Nusantara adalah konsep geopolitik yang mencakup wilayah Indonesia secara keseluruhan. Ia menduga nama Nusantara dipilih untuk menghindari istilah yang hanya fokus pada satu suku tertentu karena hal ini bisa menimbulkan sentimen promordialisme.
"Wilayah yang terdiri unsur darat dan air, kepulauan dan lautan di bawah suatu entitas negara. Ibu kota kan milik nasional. Seharusnya bisa mencerminkan kepemilikan bersama itu," kata Margana.
Kembali ke pengalaman JS Khairen, ia menegaskan tidak bisa meramal seperti dukun atau paranormal. Ia mengaku sedikit rajin baca buku sejarah, berbagai jurnal, dan mendengarkan nasihat-nasihat negarawan dan sejarawan. Nah, buat kamu yang ingin baca buku JS Khairen, jangan cari yang bajakan!
- Editor: Hadi Mulyono