ZIGI – Atlet senam ritmik Indonesia, Sutjiati Narendra kembali disorot usai menulis surat terbuka dan muncul di podcast Deddy Corbuzier. Dia menuliskan curhatan panjang setelah merasa kecewa karena tidak diberangkatkan ke SEA Games 2021 di Vietnam.
Sutjiati mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan rekonstruksi besar-besaran dalam sistem organisasi olahraganya. Tak hanya itu, tahun-tahun emas Sutjiati sebagai seorang atlet pun dikatakan sudah hampir habis. Simak beberapa curhatannya di bawah ini!
Baca Juga: Profil dan Biodata Sutjiati Narendra, Atlet Blasteran AS di PON Papua
1. Sutjiati Narendra Memutuskan Lepas Kewarganegaraan AS

Sutjiati Narendra merupakan seorang atlet senam ritmik yang awalnya memiliki dua kewarganegaraan yakni Amerika Serikat dan Indonesia. Hal itu karena sang ibu berasal dari Amerika dan ayahnya berasal dari Indonesia.
Di tahun 2018, ia diminta untuk pulang dan rela melepaskan kewarganegaraan Amerika Serikat demi membela Indonesia di bidang olahraga.
“Saya tinggal di Indonesia sejak 2018 dan pindah dari Amerika ke Lampung karena permintaan Pak Jokowi agar anak-anak muda yang memiliki kewarganegaraan ganda pulang untuk membangun bangsa. Saya pindah ke Indonesia untuk melalukan hal itu, dan salah satu cara saya berkontribusi adalah melalui prestasi olahraga,” tulis Sutjiati di Instagram pada Sabtu, 16 April 2022.
2. Ceritakan Saat Jadi Atlet Senam di Amerika Serikat

Pemilik nama lengkap Sutjiati Kelanaritma Narendra ini mengaku bahwa di usia 11 tahun terpilih untuk bergabung dengan Pasukan Elite Senam Ritmik Amerika Serikat. Di sana, ia juga mendapatkan fasilitas yang memadai sebagai seorang atlet.
“Kami sebagai atlet elite didukung dengan fasilitas kelas dunia, akses ke peralatan berkualitas tinggi, dokter olahraga, terapis fisik dan psikolog oleh Komite Senam USA (USA Gymnastics) untuk semua atletnya,” sambungnya.
3. Sutjiati Narendra Bandingkan Saat Jadi Atlet di Indonesia

Namun, banyak perbedaan ketika Sutjiati pindah ke Indonesia. Dia mengatakan bahwa menemukan kesulitan ketika akan bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Menurutnya, para atlet Indonesia tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk bersaing di tingkat internasional dan tertahan untuk dikirim ke luar negeri karena dikatakan belum cukup berprestasi.
- Editor: Indriane