ZIGI – Komika Tretan Muslim baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan soal perjalanan spiritualnya yang terjadi kurang lebih sepuluh tahun lalu. Ketika itu, Tretan Muslim mau jihad ke Palestina karena merasa Islam sebagai agama yang ia yakini tengah diserang oleh Israel.
Rekan stand-up Coki Pardede tersebut bercerita panjang lebar di channel YouTube Daniel Mananta Network pada Rabu, 15 September 2021. Seperti apa kisah spiritual Tretan Muslim hingga akhirnya pemikirannya perlahan berubah? Yuk, simak berita selengkapnya berikut ini.
Baca juga: Profil dan Biodata Tretan Muslim: Agama, Istri hingga Kasus
Tretan Muslim Mau Jihad ke Palestina Karena Pengangguran

Di depan Daniel Mananta, Tretan Muslim mengungkapkan bahwa ia mau jihad saat masih kuliah di Surabaya dengan mengambil jurusan keperawatan. Muslim mengaku, saat itu ia dan teman-temannya sedang dalam masa pengangguran dan masih mudah ke-trigger ketika ada pihak-pihak yang menyenggol Islam.
"Waktu itu saya kepikirannya, Palestina sedang diserang, Islam sedang dihancurkan, yang baru tahu sekarang itu konfliknya wilayah, politik dan sebagainya," ungkap Muslim dikutip dari channel YouTube Daniel Mananta Network, Kamis, 16 September 2021.
Baginya, momen ketika itu ia dan kawan-kawannya mudah terprovokasi selain karena sedang menganggur, namun juga karena faktor fanatisme terhadap Islam. Bahkan, lanjut Muslim, profil Facebooknya dulu banyak berisi konten-konten jihad yang berkaitan dengan tokoh Osama Bin Laden dan sebagainya.
Muslim juga menyimpan banyak foto-foto senjata yang lekat dengan peperangan di daerah Timur Tengah. Seakan-akan Muslim sangat ingin diajak ke Palestina demi membantu orang Islam berperang melawan zionis Israel pada saat itu.
Karena buku-buku yang ia baca saat itu bermuatan jihad, Muslim bahkan tidak berpikir akan bahayanya teorisme yang bisa mengacaukan banyak hal. Malahan, terbersit di pikirannya ia ingin mati syahid dengan membela Palestina.
"Aku tidak menganggap itu teroris atau apa. Bayanganku adalah, Islam itu diserang. Daripada kita nganggur nih, enggak jelas. Mending kita mati syahid," celetuknya.
Bisa Saja Ngebom Indonesia

Dalam kesempatan tersebut, Muslim berpesan bahwa ketika seseorang mempelajari ilmu agama, alangkah baiknya mempunyai guru bukan dipelajari secara asal-asalan. Menurut Muslim, bisa saja ketika itu jika ada yang merekrutnya sebagai teroris maka ia sudah mengebom Indonesia.
"Sebenernya bahaya juga enggak ada guru, kalau sampai bertemu oknum yang salah dan jahat, bisa saja bertindak nekat. Mungkin kalau waktu itu ada orang yang brainwash saya, bisa aja saya ngebom Indonesia. Mungkin, ya," imbuh Muslim.
Pemilik nama asli Aditya Muslim ini menambahkan, berdasarkan cerita dari kepala BNPT, salah satu trigger orang untuk melakukan aksi-aksi teroris adalah konflik di Timur Tengah. Sebab menurutnya, framing pemberitaan menyebutkan bahwa Islam sedang diserang sehingga kaum muslimin mudah sekali terpancing.
“Waktu itu inginnya ya syahid aja udah. Makanya, saya sudah mempelajari senjata-senjata, masang foto Osama Bin Laden,” ujar Tretan Muslim lagi.
Tretan Muslim Akhirnya Sadar

Saat ditanya kapan ia menyadari bahwa apa yang dilakukannya tidak benar, Tretan Muslim menceritakan momen saat ia mulai membuka pikiran di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Muslim menyebut, interaksi dengan teman-teman mahasiswanya membuat pikirannya mulai terbuka meski tidak langsung berubah.
“Itu sadarnya pada saat kuliah perawat, yang lingkungannya Muhammadiyah. Kalau di Indonesia kan organisasi Islam terbesarnya kan Muhammadiyah dan NU. Kampusku itu UMS, di situ juga diajari agama Islam, di situlah mungkin aku agak mau belajar lebih dalam lagi soal Islam,” bebernya.
“Jadi yang sebelumnya pengangguran dan ingin mengebom Israel, begitu di kampus ketemu teman-teman islami yang lebih oke narasinya, referensinya. Jadi di situ aku mulai terbuka,” pungkas Tretan Muslim.
Meski saat itu pemikirannya perlahan mulai tidak radikal, namun Tretan Muslim mengakui kalau semangat dakwahnya masih menggebu-gebu. Selengkapnya, kamu bisa tonton video di bawah ini.
- Editor: Hadi Mulyono